Salam Perpisahan…
lima bulan bukanlah waktu yang
lama, namun tidak pula sesingkat yang dikira. Dalam lima bulan kami bisa
melakukan apa, tak selepas mengucap kata-kata yang tertutur teratur sesederhana
untuk bercerita. Kami mengawali hari dengan pertemuan persahabatan,
menjalaninya dengan hikmat kebersahajaan, mengakhiri dengan deraan dekapan yang
tak mau terlepaskan. Tiada kata terucap, melainkan tatapan kuyu tak mau
menjauh, akhir yang begitu tidak adil. Tatkala alur cerita kami sedang klimaks,
mengapa harus mundur tanpa aba-aba yang bertanda.
Dedaunan pohon akasia di tepi
lapangan seperti mengikuti gerakan lambaian tangan setiap orang seakan
merasakan pahitnya hati karena perpisahan. Tembok tua rafflesia pun hanya
mennganggukkan kepala tak rela melepas kebersamaan yang telah tercipta. Tak ada
lagi langkah-langkah kecil kaki-kaki
yang menyelusuri koridor panjang itu, tak ada teriakan tawa riang canda
dimalam-malam, tak ada lagi suara gitar pengantar tidur, tak ada lagi desingan
raket pemukul bola tangkis di taman, tak ada lagi jejeran sepatu yang berbaris
rapi di batas suci tatkala panggilan Tuhan menggema,
Tak ada lagi…dan tak ada lagi
Kami hanya mengulurkan tangan
sebagai salam perpisahan, memberikan dekapan sebagai bukti persaudaraan.
Meskipun kelihatan tegar, suara hati hanya insan yang bersangkutan dan Tuhan
yang berkawan. Wajah ini terpaksa gembira berpoles kebohongan, karena memang
tak satupun orang yang menyukai perpisahan. Mengapa waktu tidak bisa dikawal
putarannya, tiba-tiba saja sudah bertepi. Memang waktu yang mempertemukan,
namun mengapa masa tak berpeluang bercampur tangan lebih lama. Kami mengerti
dengan sadar pertemuan itu adalah awal dari perpisahan. Tapi menghindari
pertemuan bukankah bagian dari kepengecutan?
Waktu ini masih akan berputar,
meskipun tetap tak terkawal. Namun kami percaya ada masa yang akan menjemput
pertemuan ini lagi, meskipun di tempat yang tak bertuan, tanpa tembok rafflesia
dan indahnya lambaian akasia di tepi lapangan.
Akhirnya…
Ketika masa sepi datang, ingat
lah masa ketika deraan tawa yang pernah kita teriakkan
Ketika masa bosan datang,
ingatlah ketika ejekan canda sebagai teman
Ketika rambut sudah tidak lagi
hitam, ingatlah saat ketika kita merasa gagah di awal pertemuan
Ketika sakit menyerang badan,
ingatlah kata-kata penghibur penyemangat dari teman-teman
Ketika ingatan sudah mulai kurang
tajam, hari ini akan tetap menjadi tak terlupakan…
Ingat lah kawan,,,, Hidup Ini cuma
sekali dan penuh dengan kejutan. Sampai jumpa lagi dilain kesempatan!!!
Tidak ada komentar:
Posting Komentar